Sabtu, 25 Desember 2010

KENALILAH KERJA OTAK ANDA


Pada masa embrio, otak itu terdiri dari 3 bagian: 1. Otak depan, 2. Otak Tengah, dan 3. Otak belakang.


Otak depan kemudian berkembang menjadi Cortex cerebri (cerebral cortex), bagian otak yang pada manusia paling berkembang sempurna. Cortex cerebri ini terdiri atas 2 bagian (lobus) yakni: 1. Otak (lobus) kanan, dan 2. Otak (lobus) kiri. Disinilah terjadi semua proses yang berkaitan dengan intelegensia manusia, termasuk didalamnya proses berpikir dan berkreasi dll. Cortex cerebri adalah bagian otak yang paling berperan dan paling menentukan sehingga manusia menjadi cerdas seperti sekarang ini. Manusia menjadi mahluk utama yang paling mulia didunia ini.


Otak tengah dan otak belakang berkembang menjadi “batang otak”. Otak belakang akan menjadi bagian otak yang disebut medulla, pons, dan formasi reticularis. Otak belakang ini menghubungkan otak dengan saraf spinalis (spinal cord) yang ada di tulang belakang. Adapun pons menghubungkan medulla dengan cerebellum yang fungsinya membantu mengatur koordinasi gerakan-gerakan diseluruh bagian tubuh kita.


Medulla berfungsi mengatur mekanisme kerja berbagai bagian tubuh yang penting yang bersifat otonomik, seperti: Denyut jantung, laju pernapasan, dan tekanan darah dll. Sedangkan formasi reticularis berupa suatu network serabut saraf yang berfungsi mengatur koordinasi berbagai aktifitas penting pada manusia seperti kondisi sadar, tidur dll.

Otak tengah atau mesencephalon adalah bagian otak pada manusia yang paling kurang berkembang. Tugas utama otak tengah adalah berupa semacam stasiun relay, terutama terhadap informasi-informasi pendengaran dan penglihatan, juga mengontrol kooordinasi gerakan berbagai bagian-bagian diseluruh tubuh kita. Fungsi otak tengah ini juga barkaitan dengan kemampuan intuisi serta hal-hal lain yang terkaitan dengan ini. Sayangnya pada manusia bagian otak yang ini kurang berkembang.



Cerebellum mengatur dan mengkoordinasikan informasi yang datang dari pusat keseimbangan badan yang letaknya di bagian telinga tengah, dengan saraf-saraf sensorik, dan dengan fungsi pendengaran serta penglihatan kita. Cerebellum juga mempunyai fungsi penting dalam proses memori dan kemampuan belajar seseorang.

Karena lingkungan, kehidupan, serta tantangan yang dihadapi manussia yang sudah semakin rumit dan komplex, maka ini kesemuanya memerlukan kerja yang luar biasa dari sistim integensia kita. Oleh karenanya otak depan, terutama cortex cerebri pada manusia sebegitu berkembangnya sehingga merupakan bagian otak yang secara fisik dan secara fungsi men-dominasi bagian-bagian otak lainnya.

Seperti telah disebut diatas, otak tengah sangat berkaitan dengan fungsi intuisi kita. Intuisi ini sangat diperlukan sekali untuk kelangsungan hidup semua mahluk di dunia. Kemampuan intuisi ini masih sangat berkembang pada binatang. Sebaliknya, kehidupan manusia moderen ini kurang memerlukan intuisi setajam yang ada pada binatang. Otak depan manusia sedemikian berkembang dan sampai-sampai mengalahkan otak tengah baik dari segi fisik / anatomis ataupun dari segi fungsi. Kita semua telah mendengar bagaimana menjelang terjadinya tsunami di Thailand, gajah-gajah sudahmenjadi gelisah, sedangkan manusianya masih santai bersuka-ria.



Otak tengah manusia bisa dilatih, terutama bila otak masih dalam fase pertumbuhan. Dengan melatih otak tengah, manusia akan mampu meningkatkan kemampuan intuisi-nya. Anak-anak dapat diajarkan untuk mampu berjalan, menebak kartu, serta membaca dengan mata tertutup, serta kamampuan-kemampuan luar biasa lainnya, yang kesemuanya ini pada akhirnya bisa meningkatkan kecerdasan anak tsb.

Namun Tuhan itu pastinya sudah memiliki rancana besar dimana manusia dibuat / ditingkatkan intelegensianya, dan dikurangi kemampuan intuisinya. Dalam kondisi tertentu, intuisi kuat bisa sangat membantu dan sangat berguna., misalnya seorang pesulap, “orang pintar” yang mampu menolong / memperbaiki emosi orang lain, penjudi kartu dll. Orang-orang demikian ini terkesan berkemampuan / berperilaku cerdas. Dia akan dikagumi oleh banyak orang dimanapun ia berada.



Namun, ada pula ruginya. Kita tidak diharapkan memiliki kemampuan otak tengah yang terlalu dominan, misalnya seperti yang terjadi pada anak-anak indigo. Apa nyamannya bila suara-suara yang seharusnya tidak terdengar oleh manusia biasa (misalnya bila frekwensinya diatas 20.000 Hertz) bisa terus-menerus terdengar dan menggangu kenyamanan kita? Anda suka bila sesuatu yang mestinya tidak tampak, tiba-tiba muncul dan berada disamping anda? Apa nyamannya kalau intuisi kita memberitahukan bahwa tidak lama lagi kita akan mengalami celaka? Atau apa nyamannya kalau intuisi kita mengabarkan bahwa wanita pujaan yang sedang kita kejar pasti tidak akan menerima kita?

Dengan belajar melakukan hypnosis / hipnotherapi, dalam batas tertentu, otak tengah juga ikut meningkat kemampuannya, walau tidak setajam dan sekuat bila dengan pelatihan khusus yang langsung ditujukan pada otak tengah. Namun enaknya, kita akan mampu melakukan hal-hal istimewa ini hanya pada saat-saat yang kita meng-inginkan-nya saja. Dengan demikian, ketenteraman serta kenyamanan hidup sebagai manusia masih bisa wajar-wajar saja.



Dalam ilmu kedokteran moderen, hypnoterapi, hypnosliming dan sejenisnya sudah terbukti sangat besar kegunaannya. Cara ini bisa sangat efektif dipakai untuk mngubah mindset seseorang, agar ia bisa berubah untuk dapat menjalankan kehidupan yang lebih sehat. Cara ini juga bisa untuk meningkatkan kepercayaan diri. Dalam keadaan tertentu bisa dipakai sebagai sarana anesthesi yang efektif dan aman, dan tidak memberikan komplikasi yang berarti.

Kamis, 23 Desember 2010

WORKSHOP ON BASIC HYPNOSIS & MEDICAL HYPNOTHERAPY


With special reference to "Hypnoslimming & Body Beautification".

Target participants: Medical Doctors and other Health Personnel.

Jakarta, 29-30 January 2011.

If interested, please apply as soon as possible since there will be a limitation on the numbers of participants to keep a good span of control during practical training.

Minggu, 12 Desember 2010

COSMOBEAUTE: Ceramah dan Demo Hipnoterapi



Ceramah dan demo berjudul "Body beautification with Hypnotherapy" di Simposium Ilmiah COSMOBEAUTE 28 - 30 Oktober 2010.



Seorang volunteer bersedia menjadi pasien dalam demo hipnoterapi ini. Mula-mula dilakukan relaxasi dan dilanjutkan dengan proses hipnoterapi. Hipnoterapi ini dilanjutkan dengan tindakan hipnoslimming. Walau pasien tampak tidur nyenyak, sebenarnya ia hanya dalam keadaan bawah sadar (tetap masih bisa mendengar suara dokternya)dan dalam kondisi sangat relax. Kondisi ini membuat dia dapat menerima sugesti (dalam hal ini konsultasi gizi) dengan sangat efektif.



Dilakukan hipnoterapi (konsultasi gizi dibawah hipnosis)yang sekaligus bersamaan dengan tindakan mesoterapi dibagian perut volunteer ini. Mesoterapi bertujuan melangsingkan secara langsung jaringan lemak perut. Yang bersangkutan di-sugesti nyaman, sehingga selama perlakuan ia tetap berada dalam keadaan nyaman.

Minggu, 30 Mei 2010

NATIONAL SYMPOSIUM PERKAPI III & MEDICAL EXHIBITION 2010

J W MARRIOTT Hotel, Jakarta
Saturday - Sunday, 15 - 16 May 2010

″STATE OF THE ART″
“PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENUAAN DINI”

THEMA:

”PERANAN ILMU KEDOKTERAN ANTI-PENUAAN DAN KEDOKTERAN REGENERATIF DALAM MENGHADAPI DEKADE AWAL ABAB XXI”

Ketua Panitia Simposium & Pameran Ilmiah PERKAPI:
Prof Dr Walujo Soerjodibroto, PhD, SpGK(K)






Peserta:



355 orang peserta yang terdiri atas dokter umum dan dokter spesialis dari berbagai wilayah di Indonesia.

Pameran Ilmiah:




Ada 20 sponsors dan terdapat 12 booths didalam Pemeran Ilmiah.

Dilaksanakan pula:
KONGRES PERKAPI II 2010

Yang dihadiri oleh para wakil cabang dan calon cabang PERKAPI dari 6 wilayah di Indonesia.

Sabtu, 17 April 2010

AESTHETIC SYNPOSIUM & WORKSHOP 2010

Jakarta, 17 - 18 Mei 2010

Judul Presentasi:
The Role of Stemcells and Protein Growth Factors in Antiaging & Aesthetic Medicine.

Prof Dr Walujo Sorjodibroto PhD, SpGK(K


Prof Dr Walujo Soerjodibroto

Peserta

Pembicara

Pembicara

Pembicara

Sabtu, 06 Februari 2010

PIDATO PENGKUKUHAN GURU BESAR

PROF DR WALUJO SOERJODIBROTO, MSC, PHD, SPGK (K)


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA

GURU BESAR TETAP DALAM BIDANG ILMU GIZI KLINIK



Hai orang yang beriman! Makanlah makanan yang baik, yang Kami berikan kepadamu sebagai rezeki (Q.S. 2:172)

Makan dan minumlah asalkan jangan berlebihan (Q.S. 7:31)

….dan makan seperti binatang (berlebihan) neraka itulah tempat kediaman baginya (Q.S. 47:12)

Yang terhormat,

Bapak Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia,
Ibu Menteri Kesehatan Republik Indonesia,
Ketua Majelis Wali Amanah Universitas Indonesia,
Rektor dan para Wakil Rektor Universitas Indonesia,
Ketua Senat Akademik Universitas Indonesia,
Dekan dan para Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Direktur dan para Wakil Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia,
Para Dekan dan para Wakil Dekan di Lingkungan Universitas Indonesia,
Ketua Dewan Guru Besar dan para Guru Besar Universitas Indonesia,
Ketua Panitia Nominasi Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Ketua Senat Akademik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Direktur Utama serta para Direktur RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo,
Para Guru Besar dan seluruh Anggota Senat Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Para Ketua Departemen beserta Ketua Program Studi di Lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Para Sejawat, Peserta Program Pendidikan Spesialis dan Mahasiwa Fakultas Kedokteran Universirtas Indonesia,
Para Undangan serta Hadirin sekalian yang saya muliakan,


Assalammu’alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh,

Dalam suasana yang berbahagia ini marilah kita bersama-sama memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT serta salam dan salawat kepada junjungan kita Rasullullah SAW. Dengan rachmat serta perkenaanNya jualah kita dapat berkumpul pada hari ini sehingga kita semua dapat memenuhi undangan Rektor Universitas Indonesia. Selanjutnya perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih saya kepada saudara Rektor Universitas Indonesia yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menyampaikan pidato pengukuhan sebagai Guru Besar Tetap bidang Ilmu Gizi Klinik dihadapan sidang yang terhormat ini. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada hadirin sekalian yang telah menyisihkan waktu untuk menghadiri upacara ini. Secara khusus saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada para Guru Besar dari luar Universitas Indonesia, para sesepuh serta para anggota Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI) dan Perhimpunan Dokter Gizi Klinik Indonesia (PDGKI) yang telah berkenan hadir pada upacara ini.

Hadirin yang saya muliakan,

Pada kesempatan yang berbahagia ini saya memilih salah satu aspek dalam Ilmu Gizi Klinik yang menyangkut pentingnya asupan makanan yang sehat, khususnya asupan lemak dalam makanan Indonesia, yang akhir-akhir ini pada sebagian manusia Indonesia cenderung melebihi kebutuhan gizi untuk kesehatan tubuh. Aspek ini penting untuk kita simak bersama guna dapat ikut menghayati permasalahan yang ada, sehingga dapat ikut menjaga dan meningkatkan sumberdaya manusia Indonesia sehat yang dapat berprestasi prima di era Globalisasi dan Persaingan bebas ini, khususnya untuk kawasan Asia Pasifik dimana Indonesia merupakan salah satu negara pendukungnya. Judul pidato pengukuhan saya adalah:

LEMAK DALAM POLA MAKAN MASYARAKAT INDONESIA DAN MASYARAKAT KAWASAN ASIA-PASIFIK LAINNYA: Hubungannya dengan kesehatan kardio-vaskular

Untuk disampaikan kepada hadirin yang terhormat ini.

Hadirin yang saya muliakan,

Asia-Pasifik merupakan satu kawasan yang sangat penting dipandang dari sudut demografi, politik, maupun ekonomi dunia. Penduduk kawasan ini merupakan sepertiga dari total penduduk dunia yang meliputi negara-negara dengan ber-aneka-ragam kelompok etnis berbeda, dengan kebiasaan hidup dan kebiasaan makan yang sangat berbeda pula. Di satu sisi masih ada negara / masyarakat yang masih bersifat tradisional, disisi lain ada pula negara / masyarakat yang sudah mencapai tingkat perkembangan yang sangat maju serta memiliki kemampuan teknologi yang sangat tinggi. Dengan adanya perbedaan kebiasaan makan yang sangat beragam ini, maka masyarakat-masyarakat yang sangat berbeda tadi tentunya akan memiliki risiko penyakit yang sangat berbeda pula. Kita mengenal dari satu sisi masih ada sekelompok masyarakat yang masih berhadapan dengan masalah kesehatan dan masalah penyakit “masa lalu” (seperti sanitasi lingkungan yang buruk, kekurangan gizi dan infeksi), sedangkan disisi lainnya kita telah temukan sekelompok masyarakat yang sangat moderen dengan berbagai masalah kesehatan yang “morderen” pula (kelebihan gizi, masalah penyakit akibat gizi lebih, antara lain seperti: penyakit kardio-vaskuler serta penyakit degeneratif lainnya).

Diantara kedua kelompok masyarakat yang sangat berbeda tersebut, ada pula satu kelompok masyarakat / negara-negara yang berada ditingkat transisi, dimana mereka masih memiliki masalah kesehatan “masa lalu” (kurang gizi dsb), tetapi sekaligus juga memiliki masalah kesehatan “moderen” (kelebihan gizi dsb). Negara-negara yang termasuk dalam kelompok transisi ini antara lain adalah: Taiwan, Cina, Thailand, Malaysia and Indonesia.

Hadirin yang saya muliakan,

Pola makan berbagai masyarakat kawasan Asia-Pasifik ini demikian berbeda, dan berdampak pada berbedanya profil penyakit gizi yang ada pada masing-masing masyarakat di kawasan ini. Dalam kesempatan yang berbahagia ini, saya hanya akan mengemukakan salah satu penyakit saja, yakni penyakit gizi yang berkaitan dengan adanya gangguan profil kimia darah, khususnya profil lemak darah. Kita mengenal bahwa profil lemak darah itu sangat erat kaitannya dengan asupan energi, terutama asupan asupan lemak, hidratarang dan gula. Gangguan profil lemak darah ini pada gilirannya sangat berpengaruh terhadap terjadinya gangguan sistim kardio-vaskuler (jantung dan pembuluh darah). Sebenarnya semua zat gizi yang bisa diubah menjadi energi, yakni yang bisa diubah menjadi gugus “asetil-koensim-A”, pada dasarnya bila dikonsumsi secara berlebih, akan bisa meningkatkan kadar lemak darah (kholesterol dan trigliserida) 1. Tetapi lemak (dalam hal ini: trigliserida dan asam lemak) memiliki posisi khusus karena merupakan sumber energi terbesar (1 gram = 9 kalori), paling banyak menghasilkan gusus “asetil-koensim-A” per satuan berat, dan memiliki peran khusus dalam pembentukan kholesterol tubuh.

Tabel 1 dibawah ini menyajikan data dari FAO (1991) 2 tentang daftar proporsi asupan berbagai zat gizi makro (lemak, hidratarang, dan protein) terhadap asupan energi total dari pola makan berbagai masyarakat di kawasan Asia-Pasifik. Tabel ini menunjukkan bahwa proporsi asupan lemak dalam pola makan yang tertinggi adalah di Selandia Baru (37,2% atau 1293 Kkal), diikuti oleh Australia (36,8% atau 1229 Kkal), Hong Kong (35,5% atau 1023 Kkal), kemudian Jepang (25,6% atau 738 Kkal). Asupan lemak makanan orang Indonesia dalam daftar ini adalah nomor tiga dari bawah (14,5% atau 382 Kkal), dan asupan terendah ditunjukkan oleh orang Thailand (13,1% atau 300 Kkal). Orang Selandia Baru memiliki asupan energi yang tertinggi di kawasan ini (3475 Kkal), diikuti oleh Australia (3339 Kkal), Hong Kong (2883 Kkal), dan kemudian orang Jepang (2882 Kkal). Dalam tabel ini, orang Indonesia adalah nomor tiga dari bawah (2631 Kcals) setelah Filipina (2235 Kkal) dan Thailand (2288 Kkal, yang terendah) 2.

Tabel 1.
PROPORSI ASUPAN LEMAK, HIDRATARANG DAN PROTEIN DALAM POLA MAKAN HARIAN MASYARAKAT ASIA-PASIFIK TAHUN 1986-1988 (% DARI ENERGI TOTAL).


Asupan lemak hewani di Selandia Baru merupakan 29,7% (1033 Kkal, tertinggi) dari asupan energi harian total yang sebesar 3475 Kkal (tertinggi), diikuti oleh Australia adalah 23,7% (790 Kkal) dari total 3339 Kcals. Sebaliknya, asupan lemak hewani di negara-negara berkembang umumnya rendah. Proporsi asupan energi dari lemak hewani pada orang Indonesia adalah 1,47% (38,7 Kkal) dari total 2631 Kkal, sedangkan orang Filipina adalah 6,2% (1386 Kkal) dari total 2235 Kkal. Bila dibandingkan dengan data lima belas tahun sebelumnya, asupan energi dari lemak hewani orang Selandia Baru telah mengalami penurunan 90%, Australia 88%, Filipina 99%, namun sebaliknya orang Indonesia asupan lemak hewani justru naik sebanyak 157%. 2

Hadirin yang saya muliakan,

Proporsi angka mortalitas dari kematian akibat penyakit kardio-vaskuler (CVD) untuk pria Selandia Baru serta pria dan wanita Australia adalah diatas 40% dari angka mortalitas total. Sedangkan angka untuk wanita Selandia Baru adalah sekitar 30%. Angka mortalitas yang setinggi ini memang sesuai dengan nilai yang lazim di negara-negara industri / negara-negara maju (yakni sekitar 49% dari total kematian).3. Namun Jepang adalah pengecualian, Jepang adalah satu-satunya negara maju dimana angka mortalitas untuk CVD berada dibawah 30% dari total kematian. Dengan tingkat mortalitas yang serendah ini, Jepang menempatkan dirinya setingkat dengan posisi negara berkembang seperti Malaysia, dan Filipina 3. Adapun angka mortalitas CVD Indonesia berdasarkan data SKRT 1996 adalah hanya sebesar 16,5% dari seluruh total kematian 4. Nilai untuk Indonesia ini cukup rendah, namun angka tersebut adalah nilai untuk seluruh wilayah negara, sedangkan angka untuk masyarakat perkotaan / urban pastilah cukup tinggi, dan diperkirakan berada diatas 30% dari total kematian 4. Sebagai perbandingan, masyarakat urban di Cina memiliki angka mortalitas untuk CVD yang berada pada tingkat menengah, yakni sekitar 30-40% dari total kematian.3

Rendahnya angka mortalitas untuk CVD di beberapa negara seperti Thailand, Malaysia dan Indonesia mungkin sekali adalah akibat adanya pelaporan data yang kurang memadai (under-reporting). Sebagai contoh, di Malaysia, hanya sekitar 41% dari semua kasus kematian itu dilaporkan dan mendapat sertifikat kenatian 5, dan hanya 65-70% kemtian yang dilaporkan di Singapura 6. Sebaliknya, 100% kasus kematian selalu dilaporkan di Australia, Selandia Baru dan Jepang 7. Di negara-negara dimana sistim pelaporan masih belum memadai, pelaporan kasus kematian umumnya hanya lebih intensif dilakukan di daerah perkotaan / urban ataupun di kelompok-kelompok populasi tertentu saja. Dengan demikian, angka mortalitas dari negara-negara yang demikian ini akan kurang akurat.

Para hadirin yang saya muliakan,

Penyakit jantung koroner (CHD) adalah kontributor utama dari mortalitas CVD. Di Selandia Baru, Australia dan Singapura, angka mortalitas CHD diatas 100 per 100.000 populasi untuk semua usia. Angka di Selandia Baru adalah yang tertinggi, yakni 228 per 100.000 populasi untuk pria dan 173 untuk wanita, diikuti oleh Australia dengan 191 per 100.000 untuk pria dan 161 per 100.000 untuk wanita. Singapura berada di urutan ketiga dengan nilai 104 per 100.000 untuk pria dan 77 per 100.000 untuk wanita. Namun bila dikoreksi basis age-standadized terhadap standar populasi dunia, ternyata mortalitas untuk CHD di Singapura itu kira-kira setara dengan Australia. Di Singapura, angka mortalitas (age-standadized per 100.000 populasi) adalah 132 untuk pria dan 78 untuk wanita. Sedangkan nilai di Australia (age-standadized) adalah 140 untuk pria dan 73 untuk wanita. Nilai yang sama untuk Selandia Baru (age-standadized, angka mortalitas CHD tertinggi) adalah 173 untuk pria dan 84 untuk wanita 8.

Hong Kong merupakan negara dengan kategori angka mortalitas CHD tinggi berikutnya, yakni dengan nilai 50-100 per 100.000 populasi. Penyakit jantung di Hong Kong memang telah menjadi pembunuh utama nomor dua sejak 20 tahun terakhir ini 9. Tingkat sosio-ekonomi mempengaruhi pola mortalitas CHD ini. Di Hong Kong misalnya, kelompok populasi yang tergolong tingkat atas, termasuk didalamnya para profesional, pejabat dan para eksekutif, memiliki angka mortalitas CHD yang lebih tinggi dibanding dengan para pekerja manual 10, 11.

Kategori ketiga adah negara-negara dengan angka mortalitas CHD terendah, yakni dibawah 50 per 100.000 populasi, seperti: Jepang, Cina, Filipina, Malaysia, Thailand 8, dan Indonesia 12. Jepang adalah satu-satunya negara industri maju dengan pengaruh kehidupan barat, tetapi memiliki angka mortalitas CHD yang rendah. Bila dibandingkan dengan basis age-standadized terhadap standar populasi dunia, angka mortalitas CHD Jepang (age-standadized, 28 per 100.000 populasi), adalah sekitar se-per-enam nilai Selandia Baru (age-standadized, 173) dan se-per-lima darI Australia (age-standadized, 140) untuk semua jenis kelamin 8. Perbedaan angka mortalitas CHD (age-standadized) antar daerah urban dan rural tetap ada, dimana angka mortalitas di Tokyo (urban) adalah lebih tinggi dari daerah sekitar Osaka (rural) 13.

Hadirin yang saya muliakan,

Ada kecenderungan kenaikan angka mortalitas CHD di negara-negara industri di akhir tahun 1960an14. CHD adalah penyebab kematian tertinggi untuk golongan setengah-baya dan manula pada waktu itu. Namun sejak awal tahun 1970an kecenderungan ini berubah, dimana angka mortalitas CHD mulai menurun. Dalam jangka waktu 1969-78, angka mortalitas CHD untuk pria usia 45-64 tahun di Australia mengalami penurunan sebanyak 24%, sedangkan di Selandia Baru penurunannya sebesar 22%. Penurunan terjadi terus sepanjang tahun 1979-85, dimana para pria kelompok umur ini mengalami penurunan 25% di Australia dan 20% di Selandia Baru. Hal yang sejalan juga terjadi pada para wanita pada kelompok umur yang sama15.

Penyakit kardio-vaskuler (CVD) di Australia kini tidak lagi menjadi penyebab kematian nomor satu bagi pria dan wanita setengah-baya maupun yang muda. Disana, kanker adalah penyebab kematian utama masa kini 16. Namun demikian, CVD masih merupakan penyebab kematian utama bagi golongan manula untuk semua usia di Australia dan Selandia Baru, dan masih merupakan penyebab kematian yang harus tetap diwaspadai kedua negara ini 17.

Kontributor mortalitas CVD lainnya adalah penyakit serebro-vaskuler (strok). Strok sampai kini masih tetap merupakan penyebab kematian utama untuk orang dewasa dibeberapa negara kawasan Asia Pasifik. Cina, Taiwan and Jepang tergolong yang memiliki angka mortalitas strok yang tinggi dikawasan ini. Angka mortalitas untuk strok di tiga negara ini adalah sekitar 100 atau lebih per 100.000 populasi untuk semua jenis kelamin 18. Di Cina, strok merupakan penyebab kematian utama, sedangkan di Taiwan merupakan penyebab kematian utama nomor dua sehabis kanker 18. Jenis strok yang ada di Taiwan umumnya berupa infark serebral 19, sedangkan di Jepang dan Cina lebih berupa perdarahan serebral 20. Tidak seperti halnya CHD dimana angka mortalitasnya di Jepang tergolong rendah, angka mortalitas strok di Jepang adalah yang termasuk tertinggi diantara negara negara Asia Pasifik lainnya. Strok di Jepang terutama menyerang para pekerja agrikultur, sales, transportasi dan service industries. Rupanya selain asupan kalori dan lemak yang tinggi, faktor stres (dan mungkin juga faktor lainnya) diperkirakan memiliki kontribusi khusus terhadap tingginya angka mortalitas strok di Jepang ini 21.

Negara-negara Asia Pasifik dengan angka mortalitas strok yang lebih rendah adalah Selandia Baru, Australia, Singapura dan Hong Kong, dimana angka tersebut berkisar 50 -100 per 100.000 populasi 8. Adapun negara-negara Asia Pasifik dengan angka mortalitas strok yang terendah adalah Filipina, Malaysia and Thailand, dimana angka tersebut berada dibawah 50 per 100.000 populasi 8, 22. Namun karena adanya under-reporting, maka nilai yang rendah tersebut masih diragukan akurasinya.

Hadirin yang saya muliakan,

Sebenarnya, tidak ada yang bisa kita sebut dengan istilah “Standar Menu Makanan Indonesia” karena masyarakat Indonesia itu terdiri atas ber-aneka-ragam kelompok etnis dengan kebiasaan hidup dan kebiasaan makan yang berbeda-beda. Masyarakat Indonesia (tertama masyarakat perkotaan / urban) kini sedang mangalami masa transisi yang signifikan, dimana kebiasaan hidup dan kebiasaan makan mereka berubah drastis. Mereka umumnya kurang melakukan aktifitas fisik, namun tidak mengurangi jumlah asupan makanannya. Mereka masih tetap dengan kebiasaan makan masa lalu (tinggi asupan hidratarang, gula, minyak dan santan), namun juga mengkonsumsi berbagai jenis makanan “moderen” yang padat energi. Bila ekonomi memungkinkan, mereka cenderung memilih makanan yang enak (ini berarti: kaya akan lemak/minyak, hidratarang dan gula). Asupan lemak hewani kini cenderung meningkat pada mereka yang cukup mampu. Keadaan ini masih ditambah dengan adanya masalah urbanisasi. Pada akhirnya, ini semua berakibat pada kenaikan asupan energi (khususnya, asupan lemak) dan terjadi kenaikan kadar lemak darah dengan segala akibat buruknya.

Data FAO (1991) menunjukkan bahwa nilai asupan rata-rata energi total orang Indonesia adalah 2631 Kkal, yang terdiri dari 8,7% protein (228,9 Kkal, 52.2 g), 76,8% hidratarang (2020 Kkal, 505 g), dan 14,5% lemak (381,9 Kkal, 42,4 g) 2. Asupan lemak hewani hanya sebesar 4,3 g/hari (38,7 Kkal) yakni 1,47% dari asupan energi total. Bila dibandingkan dengan data dari negara lain, nilai ini masih tergolong rendah. Namun, bila dibandingkan dengan data yang sama 15 tahun sebelumnya, asupan lemak hewani ini telah mengalami kenaikan sebesar 157% 2. Selanjutnya menurut FAO (1991), asupan lemak rata-rata perhari orang Indonesia adalah sebanyak 42,4 g 2. Namun penelitian Soerjodibroto (2004) pada anak-anak remaja yang sehat dari golongan soio-ekonomi menegah dan atas di Jakarta, menunjukkan bahwa asupan lemak harian adalah 84 g (38 % dari total 2005 Kkal) pada remaja laki-laki dan 59 g (38% dari total 1641 Kkal) pada remaja wanita. Asupan lemak remaja Jakarta yang tinggi ini (sedikit diatas asupan rata-rata penduduk Selandia Baru dan Australia) dikarenakan mereka ini mampu memilih makanan enak, yang tentunya memiliki kandungan lemak yang tinggi 23. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Hatma (2001) pada empat kelompok etnis yang berbeda di empat kota besar Indonesia menunjukkan bahwa asupan lemak harian golongan etnis Minagkabau (di Padang) adalah sebesar 52 g (30,2% dari total 1557 Kkal), etnis Sunda (di Bandung) sebesar 64,6 g (33% dari total 1740 Kkal), etnis Jawa (di Yogyakarta) sebesar 50,6 g (35,8% dari total 1249 Kkal), dan etnis Bugis (di Makasar) sebesar 38,6 g ( 29,5% dari total 1153 Kkal) 24.

Nampaknya asupan energi dan lemak makanan orang Indonesia itu sangat bervariasi, dan tergantung dari kebiasaan makan serta tingkat sosio-ekonomi yang berbeda-beda. Seperti yang terlihat pada penelitian-penelitian diatas (juga pada banyak penelitian lainnya), data asupan energi total umumnya jauh dibawah nilai asupan (resmi) yang dianjurkan oleh Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI (1998), yakni 2800 Kkal (45.2 Kkal / Kg BB) untuk pria dewasa dan 2200 Kkal (40 Kkal / Kg BB) untuk wanita dewasa 25, juga dibawah angka yang dilaporkan oleh FAO (1991), yakni sebesar 2631 Kkal untuk orang dewasa 2. Secara nasional kini Indonesia masih memiliki angka mortalitas CHD yang tergolong rendah 12, hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat rural kita masih dalam tingkat sosio-ekonomi rendah, dan bahkan masih banyak pula yang berada dibawah garis kemiskinan (dengan segala implikasi gizi dan kesehatannya). Namun, dalam waktu yang tidak terlalu lama, angka mortalitas CHD Indonesia pasti akan meningkat, terutama pada mereka yang tinggal di perkotaan dan yang tergolong dalam tingkat sosio-ekonomi sedang dan tinggi.

Hadirin yang saya muliakan,

Pada akhir tahun 1960an di Minnesota Amerika Serikat, beberapa peneliti mengemukakan bahwa waktu itu telah terjadi satu epidemi “sakit jantung” yang melanda masyarakat Amerika Serikat. Epidemi ini diperkirakan disebabkan karena adanya peningkatan kadar kholesterol darah akibat konsumsi “minyak/lemak nabati jenuh” yang berupa hydrogenated vegetable fats (margarine dll). Kelak, “minyak nabati jenuh” yang tidak sehat ini ini mencakup pula “tropical fats” (karena diproduksi oleh negara-negara tropis), khususnya minyak sawit dan minyak kelapa. Kemudian timbul anjuran untuk menukar konsumsi “minyak nabati jenuh” tersebut dengan “minyak nabati tidak jenuh” (mengandung “asam lemak tidak jenuh”), seperti: minyak kedele, kacang, jagung dsb., agar dapat mencegah peningkatan kholestrol darah yang tidak diharapkan tersebut 26. Pendapat bahwa minyak sawit itu kurang sehat kemudian dibantah oleh para pendukungnya, yang dipelopori oleh para peneliti Malaysia. Sebalikya, minyak kelapa Indonesia tidak / kurang ada yang mempertahankannya. Ini antara lain bisa diakibatkan karena industri minyak kelapa itu lebih berupa industri rakyat (berasal dari kopra rakyat), sebaliknya industri kelapa sawit adalah indutri besar dan moderen, yang sarat dengan modal serta banyak para ahli pendukungnya. Akibatnya, anggapan bahwa “minyak nabati jenuh” itu tidak / kurang sehat sejak 1963 hanya ditujukan kepada minyak kelapa saja.

Sebenarnya minyak kelapa Indonesia adalah korban dari “perang dagang”. Sejak dahulu kala, masyarakat Indonesia (Nusantara) telah meng-konsumsi minyak kelapa, santan, serta produk-produk dari kelapa lainnya didalam makanan mereka sehari-hari. Tidak ada bukti-bukti sejarah yang menunjukkan bahwa kebiasaan makan yang demikian ini telah menimbulkan gangguan kesehatan yang berarti. Kini minyak kelapa (minyak jenuh) di Indonesia sudah tergeser oleh minyak sawit (minyak jenuh) serta minyak “moderen” lainnya (minyak nabati tidak jenuh tunggal maupun ganda dan margarin).

Hadirin yang saya muliakan,

Menurut Enig (2001), berdasarkan penelitian kelompoknya, minyak kelapa sebenarnya memiliki banyak kelebihan. 50% asam lemak pada minyak kelapa adalah asam laurat (lauric acid) dan 7% adalah asam kapriat (capric acid), keduanya adalah asam lemak jenuh “rantai sedang” yang mudah dimetabolisir dan tidak akan meningkatkan kholesterol darah. Asam laurat didalam tubuh kita akan diubah menjadi senyawa “monolaurin” yang memiliki kemampuan anti-virus, anti-bakteri dan anti-protozoa, dan kini sedang dikembangkan untuk melawan virus HIV. Sedangkan asam kapriat dalam tubuh akan diubah menjadi “monokaprin” yang juga memiliki kemampuan anti-virus, dan kini juga sedang dikembangkan untuk melawan virus HIV 26. Kemampuan istimewa yang demikian ini tidak dimiliki oleh minyak-minyak jenis lain (baik minyak jenuh, ataupun tidak jenuh).

Konsumsi minyak kelapa dalam nenu sehari-hari, bila sesuai dengan kebutuhan, terbukti tidak akan memberi efek buruk terhadap kesehatan, dan justru sebaliknya, akan membina kesehatan, termasuk kesehatan jantung dan pembuluh darah. Mendis dkk. (1989) meneliti orang-orang muda di Sri Langka. Ketika orang-orang muda Sri Langka mengganti minyak kelapa kebiasaannya dengan minyak jagung, mereka memang mengalami penurunan kadar kholesterol total serum dari 179,6 mg% menjadi 146 mg%, dan penurunan kholesterol-LDL dari 131,6 mg% menjadi 100,3 mg%, namun kholesterol-HDL mereka juga ikut turun dari 43,4 mg% menjadi 25,4 mg%. Akibatnya, ratio LDL/HDL menjadi naik dari 3,0 menjadi 3,9, dan mereka justru menjadi kurang sehat 27. Prior dkk. (1981) meneliti penduduk asli pulau-pulau Polynesia di Lautan Pasifik (yang merupakan peng-konsumsi minyak kelapa) yang kemudian pindah dan menetap di Selandia Baru (dan mengkonsumsi “minyak moderen”). Mereka yang tadinya dalam keadaan sehat dipulau aslinya, menjadi kurang sehat, yang antara lain ditunjukkan dengan adanya peningkatan secara drastis kadar kholesterol total dan LDL-kholesterol, serta penurunan HDL-kholestrol 28. Bukti bahwa konsumsi minyak kelapa justru akan menjaga dan meningkatkan kesehatan juga dibuktikan oleh Nugraha (2004) pada para pengrajin kelapa dan keluarganya di kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Kelompok masyarakat ini mengkonsumsi minyak kelapa (dan produk kelapa lainnya) sebagai sumber lemak utamanya. Walaupun total asupan lemak mereka 21.9 g (11,7% dari asupan ernergi total 1642 Kkal) berupa minyak kelapa, serta asupan total lemak makanan sebanyak 47,8 g (25,6% dari total 1642 Kkal), mereka umumnya mimiliki fisik yang sehat dengan IMT 22,4 Kg/m2, kadar kholesterol total 185,4 mg%, kholesterol-LDL 119,3 mg%, kholesterol-HDL 54,7 mg%, dan ratio LDL/HDL 2,2.


Para hadirin yang saya muliakan,

Minyak tidak jenuh (mengandung asam lemak tidak jenuh ganda: omega-3, omega-6) memang diakui dapat menurunkan kholesterol darah serta meningkatkan nilai kesehatan lainnya. Salah satu contohnya adalah asam lemak tidak jenuh ganda omega-3 eicosa-penta-enoic acid (EPA) dan docasa-hexaenoic acid (DHA) yang terbukti dapat menurunkan very low density lipoprotein (VLDL), mengahambat produksi tromboksan, meningkatkan prostasiklin, menurunkan viskositas darah dan mencegah trombosis30. Lipoeto (2004) membuktikan bahwa masyarakat yang banyak memakai minyak kelapa akan memiliki kadar EPA dan DHA yang lebih tinggi daripada mereka yang kurang menggunakan minyak kelapa. Asupan omega-3 terbanyak dari makanan adalah dalam bentuk asam linolenat dan harus terlebih dahulu diubah menjadi EPA dan DHA agar berguna terhadap kesehatan. Perubahan ini dilakukan oleh ensim desaturase dan ensim elongase. Mereka yang banyak menggunakan minyak kelapa (memiliki asam lemak jenuh), ensim desaturase dan ensim elongase sepenuhnya terpakai secara efektif untuk men-sinthesis EPA dan DHA. Sedangkan mereka yang kurang memakai minyak kelapa, sebagian ensim-ensim penting tadi terpakai untuk menetralkan asam lemak lain dari minyak non-kelapa (yang mengandung asam lemak tidak jenuh), dan pembentukan EPA dan DHA menjadi tidak optimal 31.

Kita memang memerlukan asam lemak tidak jenuh (tunggal ataupun ganda). Namun dengan cara mengoreng yang lazim dilakukan oleh maysarakat Indonesia, yakni minyak dipakai untuk menggoreng secara berulang-ulang, maka asam lemak tidak jenuh (baik yang berasal dari minyak penggoreng maupun makanan yang digoreng), akan berubah menjadi ”asam lemak trans” (trans fatty acid). Asam lemak trans ini terbukti dapat meningkatkan lipoprotein-LDL dan menurunkan lipoprotein-HDL dengan segala akibat buruknya 32. Data tambahan yang didapat dari studi kohort untuk penyakit kanker di Finlandia menunjukkan bahwa asam lemak trans memiliki assosiasi yang sangat bermakna dengan risiko kematian akibat penyakit jantung koroner. Sebaliknya, tidak ditemukan adanya assosiasi antara asupan asam lemak jenuh dengan kholestrol darah dan risiko kematian akibat penyakit jantung koroner 33. Selain bisa berubah menjadi asam lemak trans, asam lemak tidak jenuh bila dipakai menggoreng secara berlebihan akan bisa berubah gugus peroksida dan senyawa radikal bebas lainnya yang tidak sehat, dan bahkan bisa merangsang terjadinya keganasan. Dibandingkan dengan minyak lain, minyak kelapa (minyak jenuh) akan lebih mampu bertahan dan tidak akan berubah menjadi asam lemak trans ataupun senyawa yang lebih berbahaya lainnya 34.

Agaknya penelitian tentang minyak sehat (termasuk minyak kelapa) masih perlu ditingkatkan. Pendapat yang dominan masa kini adalah bahwa asam lemak tidak jenuh (minyak kedele, kacang, jagung, biji bunga matahari dll) adalah baik untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah. Namun, apabila “plak” (atheroma) pada dinding arteri pasien dengan penyakit jantung koroner itu diteliti komposisinya, ternyata ester-kholesterol yang terdapat pada “plak” ini terbukti hanya mengandung 26 % asam lemak jenuh, sedangkan sisanya sebanyak 74% adalah asam lemak tidak jenuh 26.

Hadirin yang saya muliakan,

Pada kesempatan yang berbahagia ini saya ingin menyampaikan himbauan saya kepada Bapak Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia yang mempunyai wewenang dalam pendidikan dokter di Indonesia. Himbauan saya ini adalah agar pedidikan ilmu gizi klinik di Fakultas Kedokteran dapat ditingkatkan (disamping pendidikan ilmu gizi masyarakat yang kini sudah berjalan). Ilmu Gizi Klinik sangat dibutuhkan oleh para dokter dalam pelaksanaan tugas mereka, namun jam pelajaran yang tersedia untuk ilmu gizi klinik justru sangat kurang dalam kurikulum Pendidikan Kedokteran saat ini.

Dalam kesempatan ini pula saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Pimpinan beberapa Departemen di Fakultas Kedokteran Univerrsitas Indonesia, seperti: Departemen Bedah (khususnya Unit Bedah Digestif dan Unit Luka bakar), Departemen Kesehatan Anak, Departemen Penyakit Dalam, Depertemen Anastesi (khususnya Unit ICU), dan beberapa pihak lainnya, yang selama ini telah mendidik / memberi kesempatan para peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Gizi Klinik untuk memperoleh pengalaman klinik di fasilitas-fasilitas yang saudara pimpin. Saya sangat mengharapkan sekiranya Departemen-departemen klinik lainnya juga ikut bersedia membuka fasilitas mereka untuk pendidikan para peserta PPDS Gizi Klinik ini.

Hadirin yang saya muliakan,

Izinkanlah saya menyampaikan sepatah dua patah kata kepada para mahasiswa dan para peserta PPDS Gizi Klinik.

Saudara mahasiswa, ilmu gizi yang saudara peroleh dibangku kuliah ini hanya merupakan merupakan sebagian saja dari keseluruhan ilmu yang saudara perlukan pada masa mendatang. Ilmu gizi klinik kini berkembang sangat pesat sejalan dengan kemajuan ilmu dan teknologi masa kini. Dalam mempelajari ilmu ini benar-benar diperlukan konsentrasi dan ketekuan yang mendalam. Para staf pengajar menyadari keterbatassan waktu dan sarana pendidikan yang tersedia, namun telah diusahakan untuk memilih materi-materi yang pokok yang kelak dapat dikembangkan oleh saudara sendiri dikemudian hari.

Kepada para peserta PPDS Gizi Klinik, saya berpesan agar mempergunakan masa pendidikan saudara sebaik-baiknya, dan berusaha selalu bertanya, minta bimbingan, serta selalu menimba pengalaman para pengajar dan para senior saudara se-efektif mungkin. Jangan sampai malu bertanya. Masa pendidikan adalah masa diperbolehkannya saudara berbuat kesalahan. Kelak dimasyarakat, kesalahan sebagaimana kecilpun, selalu akan mengundang ke-tidak-senang-an, dan bahkan kemarahan di masyarakat luas. Spesialis Gizi Klinik, seperti halnya spesialis-spesialis kedokteran lainnya, selain memerlukan kepandaian dan ketrampilan, juga terutama sekali sangat memerlukan keteguhan hati nurani. Jangan berhenti belajar. Pada dasarnya pendidikan profesi adalah pendidikan seumur hidup.

Hadirin yang saya muliakan,

Sebelum saya mengakhiri pidato pengukuhan ini, perkenankanlah saya mengucapkan syukur Alhamdullilah kepada Allah SWT, atas segala karunia dan nikmat yang telah diberikan kepada saya dan keluarga. Tiada kata selain terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan semua satu-persatu, yang telah membantu baik lahir maupun batin sehingga jenjang terhormat ini dapat saya capai, dan upacara pengukuhan Guru Besar ini terlaksana dengan sempurna.

Perkenankanlah saya mengucap terima kasih kepada Pemerintah Republik Indonesia, dalam hal ini Bapak Presiden dan Bapak Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, atas pengangkatan saya sebagai Guru Besar Tetap dalam bidang Ilmu Gizi Klinik. Insya Allah saya akan berupaya dengan sekuat tenaga untuk mengemban tugas dan kepercayaan yang mulia ini.

Saya tidak lupa mengucapkan rasa berhutang budi saya kepada alm. DR Dr CRC Heard, Reader dari The Clinical Nutrition and Metabolism Unit, Hospital for Tropical Diseases, London University, atas segala bantuan dan bimbingan yang saya terima selama pendikan saya di London University. Terutama sekali atas peranannya sebagai Pembimbing Utama pada saat saya menyelesaikan MSc Degree dalam bidang Human Nutrition, dan juga sebagai Pembimbing Utama sewaktu saya menyelesaikan PhD Degree dalam bidang Clinical Nutrition di London University. Saya juga merasa berhutang budi kepada Prof DR Dr WPT James atas bimbingan selama saya bekerja di Department of Medicine, University College Hospital, London University. Ialah yang pertama-tama mengajarkan saya Ilmu Gizi Klinik (yang waktu itu masih dalam taraf perkembangan dini), serta atas pengaruh positifnya terhadap saya, sehingga saya sampai tertarik dan memilih Ilmu ini sebagai karier hidup saya.

Kepada Prof DR Dr Umar Chatib Warsa, Rektor Universitas Indonesia dan para Guru Besar di Universitas Indonesia, saya ucapkan terima kasih atas kesediaan menerima saya sebagai Guru Besar Universitas Indonesia, dan atas kesediaan saudara Rektor memimpin upacara ini.

Kepada Dr Menaldi Rasmin SpTHT(K), Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), saya mengucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan untuk saya untuk dapat meraih gelar Guru Besar ini. Saya juga sangat mengagumi kreatifitas dan usaha-usaha inovasi saudara lakukan dalam upaya peningkatan mutu Pendidikan FKUI yang tercinta ini.

Terima kasih saya ucapkan pula kepada para Guru Besar FKUI atas kesediaan saudara untuk menerima saya dalam lingkungan saudara. Kepada Prof Dr Sumilah Sastroamidjojo SpG(K) secara khusus saya mengcapkan terima kasih saya atas bimbingan serta dukungannya, serta kesediaannya menjadi promotor dalam pengangkatan saya menjadi Guru Besar ini. Ucapan terima kasih juga saya tujukan kepada Prof Dr Yohana Rumawas SpG(K) atas bimbingannya selama ini, dan atas kesediaan untuk menjadi referee dalam proses pengangkatan saya menjadi Guru Besar.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Prof DR Dr Darwin Karyadi, mantan Direktur PUSLITBANG GIZI Bogor, yang secara langsung maupun tidak langsung telah menjadi panutan saya dalam bekerja dan berkarya dalam bidang Ilmu Gizi di Indonesia, serta atas kesediaan untuk menjadi referee dalam proses pengangkatan Guru Besar ini. Ucapan terima kasih juga saya tujukan kepada Prof Dr Dr I Nyoman Arhya M Appl Sci, Grad Dipl Clin Biochem dari Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, atas kerja sama selama ini, dan atas kesedian untuk menjadi referee dalam pengangkatam Guru Besar ini.

Saya juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr Sri Sukmaniah MSc SpG(K), baik peranan saudara sebagai Ketua Departemen Ilmu Gizi FKUI, maupun peranan serta kerja sama sebagai teman sejawat yang sama-sama mengembangkan Ilmu Gizi Klinik di Indonesia. Saya juga mengucapkan terima kasih sebesar-basarnya kepada semua staf akademik maupun non-akademik di Departemen Ilmu Gizi FKUI atas kerjasama yang sangat baik selama ini.

Khusus kepada seluruh panitia upacara pengukuhan ini yang tidak bisa saya sebutkan satu perssatu, saya berikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan dan kerja sama yang telah saudara lakukan.

Hadirin yang saya muliakan,

Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya tundukkan kepala saya untuk mengenang almarhum kedua orang tua saya, ayahanda KRT Soedarmo Soerjodibroto dan ibunda RA Atmiyati, yang telah membesarkan dan mendidik saya. Ayah yang seorang matan Polisi dimasa Perang kemerdekaan, yang berpembawaan tegas, berwibawa dan disiplin, dan yang selalu berusaha yang terbaik untuk putera-puteri beliau. Beliau telah mengajarkan saya untuk selalu tekun dan jujur dalam berkarya. Beliau pulalah yang paling mendorong agar saya memilih pendidikan dan memperoleh gelar dokter. Ibu, seorang mantan guru sekolah dan mantan Kepala SMA, yang berpembawaan tenang, disiplin dan selalu peduli kepada semua orang. Beliau selalu berusaha agar semua putera-puteri beliau berhasil dalam pendidikan maupun berhasil dimasyarakat. Kedua orang tua saya sebenarnya sangat yakin bahwa saya pasti akan dapat mencapai gelar dokter dan kelak pasti mencapai gelar Guru Besar. Sayangnya, karena bebagai hal, saya tidak bisa memperoleh gelar Guru Besar pada saat kedua beliau masih sehat dan belum dipanggil ke Rachmatullah. Saya yakin kedua orang tua saya kini berada disisi Allah SWT, dan keduanya bisa ikut merasakan kegembiraan saya rasakan pada hari ini.

Terima kasih pula saya sampaikan kepada kedua mertua saya. Ayah mertua saya, I Nengah Jewi yang sederhana tetapi dengan cara beliau sendiri, sangat memperhatikan pendidikan seluruh putera-puteri beliau. Isteri saya adalah puteri tunggal kesayangan beliau, dan yang selalu menjadi perhatian utama beliau. Rasa bersyukur saya juga saya tujukan kepada almarhum ibu mertua saya, Ni Ktut Nantri. Beliau yang juga sederhana tetapi sangat memperhatikan kesehatan dan pendidikan para putera-puteri beliau. Terutama sekali saya sangat berhutang budi karena beliau yang awalnya sedikit kurang setuju, tetapi kemudian adalah salah seorang yang pertama merestui saya sebagai suami dari isteri saya yang tercinta ini, walau kami berdua berbeda suku.

Saya sangat berhutang budi kepada adik-adik kandung saya. Mereka adalah H Ir Waskito Soerjodibroto MM dan isterinya Hj Rita Retno Wulandari, Kol (Purn) H Dr Lukito Soerjodibroto SpM dan Isterinya Hj Retno Dumiyanti, Hj Dr Sri Durjati MSc DPH PhD dan suaminya Drs Boediharjo, Ir Tjahjono Soerjodibroto MBA dan isterinya Riani Tiurlina SE MSc, Drg Sri Prana Laksmiati dan suaminya Drs Widhi Prasetyo. Adik-adik kandung saya beserta keluarga mereka selalu mendukung dan membantu saya baik secara moril, materil, dan bahkan finansiil selama saya menderita sakit parah yang berkepanjangan serta pada saat saya menjalani cangkok ginjal di Singapura pada awal tahun 2001 lalu. Ini semua tentunya tidak terlepas dari bimbingan kedua orang tua kami yang selalu menekankan pentingnya kebersamaan dan saling tolong-menolong sesama saudara. Tanpa bantuan mereka, keluarga saya dan saya pasti tidak akan mampu mengatasi cobaan yang sangat berat tersebut, yakni terutama sekali sewaktu saya menderita gagal ginjal dan berusaha mengatasi penyakit berat yang berkepanjangan, dan kemudian menjalani operasi cangkok ginjal.

Kepada isteri saya yang tercinta Ni Nyoman Wiyati SH, saya mengucapkan rasa hutang budi saya yang tiada terhingga. Isteri saya ini telah setia mendampingi saya lebih dari 23 tahun, dialah yang selama ini yang memberi saya inspirasi, semangat, serta kekuatan saya dalam menghadapi segala cobaan yang saya hadapi. Pada kesempatan ini saya mengucapkan selamat kepada isteri saya yang tercinta ini, yang dalam masa sulit, telah bisa menyelesaikan gelar sarjananya, mengasuh dan membesarkan kedua anak kami yang tercinta, dan sekaligus merintis dan berhasil membesarkan usaha wiraswastanya.

Kepada anak pertama saya yang tercinta, Ario Wibowo Soerjodibroto SE, bapak sangat berterima kasih dan bersyukur. Meskipun dalam suasana keluarga yang serba darurat dan kadang terasa tidak menentu itu, kamu telah bisa tetap tekun belajar dan berprestasi, sehingga dapat mencapai gelar kesarjanaan tepat waktu. Kini kamu telah memperoleh pekerjaan yang memadai, yang walau mungkin belum benar-benar sesuai dengan cita-cita kamu, pekerjaan tersebut akan dapat menjadi dasar yang kuat dalam mencapai tujuan kamu dimasa mendatang. Kepada anak kedua saya yang tercinta Apsari Saraswati, bapak sangat mengharapkan kamu tetap bisa tekun belajar dan berprestasi, dan bisa meniru keberhasilan kakak dan mama kamu. Tetap teguh menekuni hobi kamu: menyanyi, dan mudah-mudahan kamu kelak mau memilih bidang kedokteran sebagai masa depanmu.

Akhir kata kepada para hadirin sekalian yang telah meluangkan waktu yang sangat berharga untuk menghadiri acara pengukuhan Guru Besar saya ini, serta dengan tekun dan sabar mendengarkan tanpa diberi kesempatan untuk bertanya, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Bila dalam penyampaian pidato saya ini, secara tidak sengaja saya telah membuat kesalahan yang mungkin menyinggung perasaan para hadirin sekalian, saya dengan ini mengucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya.

Wabillahittaufig Wal Hidayah
Wassalamallaikum WW


Daftar Pustaka

1. Martin DW, Mayes PA and Rodwell VW. Harper’s Biochemistry 18th Ed. Lange Medical Publ, Los Altos, 1981
2. Food and Agriculture Organization. Food Balance Sheets for Production and Utilization in the Asia Pacific Region. Bangkok: RAPA, 1991
3. Lopez AD. Causes of death: an assessment of global patterns of mortality around 1985. World Health Statist Quart 1990; 43:91-104
4. Sumantri S. Transition toward degenerative diseases in Indonesia. Seminar on Nutrition Problems in Indonesia and Developed Countries. Jakarta, 25 September 1996
5. Malaysia Department of Statistics for Peninsular Malaysia, 1974-1991. Kuala Lumpur: Department of Statistics
6. Emmanuel SC. Trends in coronary heart disease mortality in Singapore. Singapore Med J 1989, 30:17-23
7. World Health Organization. World Health Statistics Annual 1989. Geneva: WHO, 1990
8. World Health Organization. World Health Statistics Annual 1993. Geneva: WHO, 1994
9. Yu TS, Wong SL, Lloyd O and Wong TW. Ischemic heart disease: trends in mortality in Hong Kong, 1970-89. J Epidemiol Commun Health 1995, 49:16-21
10. Lam YM, Lau EMC, Donnan SPB. Geographical and socio-economic variations in ischemic heart disease in men in Hong Kong. Ann Acad Med 1984, 13:211-5
11. Wong SL and Donnan SPB. Influence of socioeconomic status on cardiovascular diseases in Hong Kong. J Epidemiol Commun Health 1992, 46:148-50
12. Boedhi-Darmojo R. The pattern of cardiovascular disease in Indonesia. World Health Statist Quart 1993, 46:119-24
13. Hatano S. Changing CHD mortality and its causes in Japan during 1955-1985. Int J Epidemiol 1989, 18: S149-S158
14. Slattery ML and Randall DE. Trends in coronary heart disease mortality and food consumption in the United States between 1909 and 1980. Am J Clin Nutr 1988, 47: 1060-7
15. Thom TJ. International mortality from heart disease: rates and trends. Int J Epidemiol 1989, 18: S20-S28
16. Russel MA, Dobson AJ. Age-specific patterns of mortality from cardiovascular disease and other major causes, 1969 to 1990. Aust J Publ Health 1994, 18:160-4.
17. Beaglehole R, Dobson A, Hobbs MST et.al. CHD in Australia and New Zealand. Int J Epidemiol 1989, 18: S145-S148
18. Hu HH, Chu FL, Chiang BN et.al. Prevalence of stroke. Stroke 1989, 20: 858-63
19. Shimamoto T, Komachi Y, Inada H et.al. Trends for coronary heart disease and stroke and their risk factors in Japan. Circulation 1989, 79: 503-15
20. Li SC, Schoenberg BS, Wang CC et.al. Cerebrovascular disease in the People’s Republic of China; Epidemiologic and clinical features. Neurology 1985, 335: 1708-13
21. Hatano S. Changing CHD mortality and its causes in Japan during 1955-1985. Int J Epidemiol 1989, 18: S149-S158